gedung lawang sewu,semarang
5. Lawang Sewu, Semarang
![]() |
Gedung lawang sewu yang dibangun pada awal abad ke-20 dan diselesaikan pada tahun 1908 ini dimiliki oleh Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij atau Jawatan Kereta Api Pemerintah Hindia Belanda dan merupakan Kantor Pusat jawatan tersebut sampai kemerdekaan RI.
Arsiteknya adalah Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J Queendag yang merupakan arsitek-arsitek Belanda ternama saat itu. Gedung ini terletak di sudut jalan. Bagian depannya dihiasi oleh menara kembar yang mengingatkan pada bentuk-bentuk menara gothic. Di belakang menara gedung ini membelah menjadi dua sayap, masing-masing memanjang jauh ke belakang.
Oleh masyarakat Semarang, gedung ini disebut Lawang Sewu yang artinya Pintu Seribu, karena memang gedung besar dan panjang ini memiliki banyak pintu di sepanjang sayap-sayapnya. Pintu-pintu berjejer di ruangan-ruangannya yang panjang dan beratap tinggi. Arsitektur gedung ini unik karena menunjukkan adaptasi arsitektur Eropa terhadap iklim tropis, karena itulah bangunan ini memiliki pintu yang banyak.
Setelah kemerdekaan gedung tersebut sempat dipakai oleh Kodam IV dan kemudian dikembalikan kepada Jawatan Kereta Api, yang sekarang adalah PT. KAI. Setelah PT. KAI pindah, gedung ini sempat dipakai sebagai Kantor Wilayah Departemen Perhubungan sampai tahun 1994. Setelah itu, gedung yang resminya masih menjadi milik PT. KAI ini ditinggalkan kosong dan tak terpakai selama 10 tahun menjadikan gedung ini kotor dan berdebu.
Demikianlah mengenai Perkembangan Arsitektur Kolonial di Indonesia Beserta Contoh-contohnya. Semoga bermanfaat dan dapat menambah khazanah pengetahuan Anda tentang arsitektur kolonial di Indonesia.
Comments
Post a Comment